Senin, 21 Mei 2012

Menjadi Pendamping Rasululloh Saw di Surga?


Anak-anak. Mendengar kata ini, barangkali sudah mampu menumbuhkan benih kasih sayang dalam hati kita. Membayangkan pertumbuhan anak-anak dari waktu ke waktu, tingkah polanya yang menggembirakan, perkembangan bicaranya yang membuat gemas. Ya, menyanyangi, mengasihi, mencintai anak, memang fitrah manusia yang Alloh berikan. Dan Islam mengajarkan kita untuk melindungi dan menjaga anak-anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.


Sahabatku, darimana kasih sayang yang paling dirasakan oleh seorang anak? Dari siapa kasih sayang yang dirasakan paling hangat  bagi seorang anak? Darimana kebahagiaan yang sangat menyenangkan hatinya? Kedua orangtuanya, pasti. Lalu, jika kedua orangtua kita tidak lagi lengkap. Pasti banyak duka yang dirasakannya.

Sahabatku, coba bayangkan. Jika kita dahulu tak memiliki seorang ayah. Bila kita saat kanak-kanak dahulu, tak ada ayah yang membantu mencari mencari nafkah untuk keluarga. Seandainya kita waktu masih kecil, tak didampingi ayah yang diandalkan menjadi pelindung di saat tertentu. Anak-anak bernasib seperti itu, ada di antara kita sekarang. Mereka, anak-anak yatim yang belum berusia baligh namun tak mempunyai ayah lagi. Lebih berduka lagi, mereka yang tak memiliki ayah dan ibu. Ya, anak-anak yati piatu. Tak ada rasa hangat dalam pelukan ayah dan ibu. Tak merasakan keteduhan dengan kasih sayang ayah atau ibu. Bisakah kita membayangkan keadaan kanak-kanak kita tanpa ayah dan tanpa ibu?

Sahabatku, Rasululloh saw dalam hadits riwayat Muslim mengatakan, “Aku dan orang yang memelihara anak yatim, seperti ini,” sambil mengangkat dua jari tengah dan jari telunjuknya. Rasululloh saw juga mengatakan, “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim, karena Alloh, maka ia mendapat pahala setiap lembar lembut yang diusapnya itu satu banyak kebaikan.” (HR. Ahmad)

Ini yang dinamakan sedekah dengan perasaan, memberikan sesuatu diiringi tindakan dan perasaan menyayangi, yang membuat orang bahagia dengan apa yang dilakukan. Amal hati yang diiringi amal fisik itu yang akan menghilangkan kerisauan hati, menerangkan hati, membersihkan noda akibat keburukan yang dilakukan sebelumnya. Seolah, mengusap kepala anak yatim itu menggairahkan kehidupan hati kembali, membuatnya cerah putih, memperindah amal yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh. Begitulah, memberi kesenangan pada orang yang membutuhkan begitu luar biasa pahalanya.

Sahabatku, pernah ada seorang pemuda datang kepada Rasululloh saw seraya mengeluhkan hatinya yang risau dan kasar. Rasululloh saw berkata pada pemuda itu, “Maukah hatimu menjadi lembut dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, berilah makan dia dari apa yang menjadi makananmu. Pasti hatimu akan menjadi lembut dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR. Ath Thabrani)

Dalam hadits itu, Rasululloh saw mengajarkan kita cara untuk mengobati hati yang kasar, terapi untuk menjadikan hati kita lembut dan dekat dengan Alloh swt. Cara itu adalah dengan menyantuni anak yatim. Bila kita melangkah dan berusaha memenuhi kebutuhan anak yatim, setiap usaha, gerak dan langkah itu mengandung pahala yang akan melembutkan hati, menenangkan jiwa. Anggota tubuh yang melakukan kebaikan akan memunculkan suasana dan pandangan yang sejuk bagi hati pelakunya.

Sahabatku, tak ada batas waktu tertentu untuk menyayangi anak yatim, karena memang tidak ada yang menetapkan hati dan waktu tertentu untuk menyayangi mereka. Apakah kita ingin berusaha menjadi pendamping Rasululloh saw di surga? ^^

Sumber Referensi: Majalah Tarbawi Edisi Bulan April 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar