Minggu, 31 Maret 2013

Memahami Sisi Lain dari Seorang Ibu :D

Aku ingin kembali menuliskan sebuah artikel tentang seseorang yang begitu banyak berjasa bagi hidup kita. Tulisan ini juga terinspirasi dari Majalah Tarbawi dengan tema “Karena Kita Salah Memahami, Keinginan Ibu yang Sederhana” Mudah2an manfaat :D


Ibu. Dialah sosok yang paling dekat dengan kita. Tapi meskipun paling dekat, tidak semua isyarat batinnya mampu kita baca. Tidak semua kehendaknya kita mengerti. Tidak semua maksudnya mampu kita pahami. Padahal dialah sumber semangat dan motivasi. Dialah pangkal keselamatan. Dialah berkah kebahagiaan. Ridho Alloh ada dan seirama dengan ridhonya. Murka Alloh juga seiring dengan murkanya. Maka, kita harus selalu berusaha untuk memahami dia, dari semua sisi, agar kita mampu untuk lebih berbakti demi mengharapkan keberkahan hidup bersamanya.

Memahami, Tak Ada Perhatian Kita yang Mampu Membalas Pengorbanannya

Alloh Swt adalah Dzat Pemberi segala kenikmatan yang kita terima di dunia ini. Demikian pula kedua orangtua kita, mereka adalah nikmat yang begitu besar dari-Nya untuk kita. Lewat mereka, tercurah pula jasa dan karunia kepada kita yang tak terhingga.

Kita hendaknya menyadari bahwa bagaimana pun kesungguhan kita untuk berbuat baik kepada mereka demi membalas semua jerih payah mereka, tentu tak akan terbalas. Semua kebaikan yang kita berikan padanya, tidak akan pernah mencukupi dibandingkan dengan kasih sayang yang telah mereka berikan kepada kita. Khususnya kasih sayang yang diberikan ibu kita.

Sebuah kisah yang diceritakan Ibnul Jauzi, Umar melihat seorang laki-laki menggendong ibunya dengan cara diikat di punggungnya. Lelaki itu melakukan hal tersebut sembari mengelilingi Ka’bah dan bergumam, “Aku membawa ibuku dan dialah yang membawa diriku di waktu aku masih kecil. Dialah yang menyusuiku dengan air susunya beberapa kali.” Subhanalloh!

Memahami bahwa bakti dan pengorbanan kita tak akan pernah bisa membalas kebaikan ibu, semoga bisa menyadarkan kita untuk selalu memahami dan menyelami keinginannya.

Memahami, Bersama Ibu maka Alloh Lebih Dekat dengan Kita

Kita tentu sadar, bahwa sebagai manusia kita banyak melakukan dosa dan kesalahan, yang mengharuskan kita untuk juga banyak beristighfar dan bertaubat kepada-Nya setiap saat. Tapi yang mungkin tidak kita sadari adalah, bahwa ternyata Alloh Swt menyediakan sarana jawaban dari istighfar dan taubat tersebut, yaitu kehadiran ibu di sisi kita. Meski mungkin kehadirannya tidak secara fisik, karena jarak yang memisahkan kita.

Memahami, Kebersamaan Kita dengan Ibu Tidak Selamanya

Di dunia ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih melebihi cinta kasih sayang yang diberikan oleh ibu, tak ada cinta setulus seorang ibu. Kasih sayang dan cintanya tak akan pernah bisa tergantikan. Perjuangan dan pengorbanannya selalu ikhlas dan tulis. Doanya memberi kesejukan dan keselamatan. Tapi berapa lamakah kita bisa merasakan itu semua? Tak lama, pasti.

Masa kecil kita telah berlalu. Dan setelah itu tak pernah lagi kita bisa merasakan lembutnya dekapannya. Masa remaja kita mungkin telah usai. Dan sesudah itu kita tak lagi pernah mendengar omelan cintanya. Kini kita telah dewasa, dan ibupun telah tampak tua dan lemah.

Di dunia ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta kasih seorang ibu. Adz Dzahabi rahimahumullah menguraikan, “Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusui dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atau dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan luar biasa dan kesedihan yang panjang, dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu, dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras.

Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu agar mendapat petunjuk, baik di dalam sunyi maupun di tempat terbuka. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua rena, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu adalah urusan yang mudah….”

Begitulah jati diri seorang ibu. Dia selalu siap memberikan segalanya buat anaknya, bahkan memberikan nyawa sekalipun. Maka pahamilah itu, dan pahami pula bahwa kita tidak akan selamanya akan bersama dia. Suatu saat nanti, kita akan berpisah dengannya. Untuk sementara atau untuk selamanya. Andai saat ini kita belum mampu memberikan yang terbaik untuknya, maka jangan sampai keinginan-keinginannya yang sederhana pun gagal kita penuhi karena kegagalan kita memahaminya.

Jangan pernah menolak satu kehendak dari ibu, sepanjang kehendak itu tak bertentangan dengan syariat Alloh, meski mungkin ada rasa berat dalam dada kita. Jangan pernah kita menolak suatu pemberian darinya meski mungkin sangat sederhana dan tak bernilai di mata kita, sebab boleh jadi itu adalah pemberiannya terakhir.

Memahami, Ibu telah Berusaha Memahami Kita Sepenuh Jiwa

Seperti itulah ibu kita. Dia tidak saja siap berkorban untuk anaknya, tapi dia juga selalu memahami keinginan kita dan tahu memberi solusi serta jalan keluar dari setiap keinginan itu. Seperti sebuah kisah di zaman dahulu tentang seorang anak yang ingin menuntut ilmu di sebuah negeri yang jauh, tapi tak memiliki kendaraan dan biaya perjalanan menuju negeri yang dituju. Ibunya yang mengerti semangat anaknya rela banting tulang menjadi tukang cuci pakaian dan pencari rumput untuk ternak para tetangganya, demi mendapatkan jumlah uang untuk membeli seekor kuda tunggangan serta biaya pakaian dan bekal selama di perjalanan.

Wajarlah jika Alloh memberi kedudukan yang istimewa bagi seorang ibu, karena pengorbanannya. Dia berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Cintailah orang tua kita. Terutama ibu kita. Pahami cara dia memahami kita. Agar kita juga mampu memahami dia, terlebih ketika usianya yang tak lagi muda dan fisiknya tak lagi lincah. Doakanlah selalu di sholat tahajud kita, di setiap waktu yang mustajab untuk kebaikan orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Ya Alloh jadikan disisa umur kami, bisa menjadi jalan kebahagiaan, kemuliaan bagi kedua orang tua kami, aamiin.

Mudah-mudahan manfaat. Wallohu’alam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar